Pages

Tuesday, November 10, 2015

It's so cold!

Pada Kamis, 5 November 2015, aku dan dua orang temanku, Mbak Galuh dan Mbak Rini, kembali ke kamar setelah acara diskusi di ruang meeting hotel selesai. Memang selama tiga hari sejak hari Rabu, kami terlibat dalam acara kantor di sebuah hotel di Semarang. Kami bertiga masuk ke kamar sekitar pukul 23.30 WIB dengan rasa lelah yang tidak tertahankan setelah seharian mendampingi SKPD berkutat dengan matriks perencanaan.

Begitu masuk ke dalam kamar, Mbak Galuh langsung merebahkan diri ke atas kasur ekstra yang diletakkan di antara kasurku dan Mbak Rini. Posisi kasur tersebut memang lebih rendah dari kasur kami sehingga Mbak Galuh terkesan tenggelam di lantai. Sementara itu Mbak Rini masuk ke kamar paling akhir, menyalipku yang berdiri di dekat lemari baju. Aku memang sengaja berdiri di situ untuk memantau bahwa pintu kamar memang benar-benar menutup dengan sempurna.


Mbak Rini saat itu bercerita bahwa besok Jumat siang dia tidak bisa ikut pulang ke Solo karena harus melayat cucu Pakdhenya yang meninggal hari itu. Padahal Pakdhenya baru meninggal tepat seminggu yang lalu. Kami bertanya penyebab sang cucu meninggal karena apa dan Mbak Rini baru menjawab sekilas ketika dia mendadak terdiam sambil melihat bergantin kepadaku dan Mbak Galuh. Aku pun ikut terdiam sambil menatapnya seakan bertanya "Ada apa?" Saat itu pula aku menyadari bahwa Mbak Galuh sedang mengatakan sesuatu sambil menunjuk ke arah belakangku.

"Apa e, Mbak?" Tanyaku was-was.
"Kuwi sapa? (Sapa dibaca dengan bunyi o seperti di sop; artinya siapa dalam bahasa Jawa)
Aku terperanjat dan langsung mencelat ke arah kasur Mbak Rini sambil berteriak. Ya, aku benar mencelatdalam arti yang sbemarnya dimana aku meloncati Mbak Galuh yang segera menyingkir dari loncatanku karena takut terinjak.

"Huwaaaa!"
"Heh, kowe ngapa e, Mbak?" Tanya Mbak Rini yang masih berdiri dan belum meletakkan tas ransel di dekat kasur yang aku loncati tadi.
"Iyo e, kok malah mlompat? Untung ora nginjak aku." Protes Mbak Galuh sambil setengah menegakkan diri dari rebahnya d kasur.
Aku yang masih deg deg-an langsung protes.
"Lha kowe ngomong kuwi sapa kuwi mau?"
"Hah, kok kuwi sapa? Ora yo, aku nggak ngomong 'kuwi sapa'," protes Mbak Galuh kemudian.
"Lha tadi karo nunjuk-nunjuk ke arah pintu tadi?" Tanyaku histeris.
Kedua orang temanku itu saling berpandangan sambil menahan tawa.
"Owalah, aku ngomong it's so cold yoooo." Mbak Galuh dan Mbak Rini langsung terbahak-bahak mendengar penjelasanku.
Gubrak!
"Oooo, lha aku dengarnya 'kuwi sapa'."
Langsung saja aku teriak lega dengan muka merah padam.
"Woh, makane nggak usah ngomong pakai bahasa Inggris. Ngomong basa Jawa waelah sing jelas," cetus Mbak Rini sambil tersenyum geli sementara Mbak Galuh masih terbahak-bahak melihat kelakuanku tadi.

Jadi ternyata Mbak Galuh tadi yang sudah rebahan di kasur merasa kedinginan karena memang kamar kami tinggalkan dalam keadaan listriknya menyala semua termasuk AC. Maksudnya sih memintaku untuk menaikkan suhu AC karena aku berdiri paling dekat dengan tombol pengontrol AC. Namun yang terjadi adalah aku salah dengar "it's so cold " menjadi "kuwi sapa" dan langsung panik karena posisiku berada paling dekat dengan pintu dan takut ada yang mendadak muncul di belakangku pada malam Jumat begitu, hiiii.

Kisanak ini dialami secara langsung oleh: Dani sebagai pelaku pencelatan yang untunglah tidak memakan korban injakan kaki saking cepatnya dia meloncat.

1 comment: